Perubahan
sosial senantiasa terjadi di masyarakat dan lebih cepat prosesnya pada
masyarakat yang heterogen sekaligus terbuka terhadap perubahan serta inovasi.
Salah satu bidang yang tak luput dari perubahan sosial ini adalah pendidikan.
Adanya inovasi dalam pendidikan dirasakan sangat penting untuk dilakukan untuk
menjawab problematika dalam perubahan sosial. Inovasi dalam pendidikan penulis
artikan sebagai gagasan, metode maupun artefak yang dinilai baru bagi seseorang
maupun masyarakat yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan
dan mencapai tujuan pendidikan. Inovasi ini bisa berupa hasil invention maupun discovery.
Inovasi
diartikan berbeda dengan modernisasi karena penekanan maknanya yang berbeda.
Dalam Modul Konsep Dasar Inovasi Pendidikan (Yosita, 2014), inovasi menekankan
pada ciri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu
atau masyarakat sedangkan modernisasi menekankan pada adanya proses perubahan
dari tradisional ke modern atau dari yang belum maju ke yang sudah maju.
Inovasi dalam pendidikan dibutuhkan karena cita-cita dari pendidikan sendiri
adalah memajukan kehidupan manusia, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari
yang tidak bisa menjadi bisa maupun dari yang tidak terampil menjadi ahli,
artinya inovasi dalam pendidikan merupakan bagian dari usaha perubahan menuju
kehidupan modern.
Para
tenaga kependidikan senantiasa sudah barang tentu melakukan inovasi dan itu
merupakan keharusan. Salah satu elemen dari tenaga kependidikan adalah guru
sebagai pendidik yang langsung berinteraksi dengan peserta didik. Guru menjadi
elemen penting yang menentukan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, sumber
daya manusia yang dipersiapkan untuk menjadi guru harus mampu berinovasi
terutama dalam pembelajaran yang akan dijadikan pengalaman bagi siswa nantinya.
Mahasiswa yang juga sebagai calon guru menjadi lebih unggul apabila mampu
berinovasi dalam hal model pembelajaran maupun medianya karena mampu
menciptakan inovasi yang mengatarkan masyarakat menuju modernisasi.
Pentingnya
inovasi bagi mahasiswa sekaligus calon guru dalam mengembangkan perangkat
pembelajaran mengharuskannya menempuh langkah-langkah dalam proses berinovasi.
Langkah-langkah tersebut menurut penulis antara lain ada 7 langkah. Pertama, mahasiswa/ calon guru mengumpulkan
data langsung dari lapangan dengan metode observasi maupun wawancara. Lapangan
yang dimaksud adalah subyek belajar itu sendiri yaitu siswa. Apabila mahasiswa
itu berstatus sebagai calon guru SD, siswa yang diobservasi adalah siswa usia
SD. Aspek yang dicari dalam tahap ini antara lain karakteristik siswa secara
psikologis maupun kemampuan intelektual dan sosialnya. Tidak hanya siswa yang
dicari informasi darinya tetapi juga orang tua yang mempunyai anak usia SD.
Aspek yang dicari tahu antara lain harapan orang tua terhadap anaknya apa saja
dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di rumah maupun lingkungan sosialnya. Harapan
masyarakat luas pada generasi yang sekarang ini juga harus dicari tahu terlebih
lagi dalam lingkungan masyarakat yang lebih sempit pasti memiliki harapan
tersendiri. Hal itu antara lain harapan masyarakat desa berbeda dengan
masyarakat kota, harapan golongan tertentu berbeda dengan masyarakat golongan
lain, dan sebagainya. Akan tetapi penulis yakin bahwa ada ttik temu dari
kesemuanya itu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia yang tercantum pada pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003,
yaitu “untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Data
lain yang harus dicari mahasiswa/ calon guru sebagai inovator pendidikan adalah
dari media massa. Hal ini perlu karena media massa mempengaruhi siswa dalam
kesehariannya. Media massa yang berupa media cetak maupun elektronik yang
termasuk media sosial di dalamnya diidentifikasi kelemahan dan kelebihannya
agar dapat digunakan untuk pertimbangan inovasi dalam pendidikan. Dari
pencarian data yang penulis sebutkan di atas maka akan tahu masalah yang
terdapat di dalamnya yang kemudian dapat dipecahkan melalui inovasi, tentu saja
hal ini adalah dalam hal pendidikan.
Langkah
kedua yang dapat ditempuh adalah
dengan telaah pustaka. Mahasiswa perlu mencari referensi dari buku dalam negeri
maupun luar negeri. Bisa jadi referensi yang diperoleh membantu mahasiswa dalam
menggali ide untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada langkah pertama.
Tidak hanya buku yang dapat menjadi sumber referensi tetapi juga video-video
proses pembelajaran, wawancara dengan guru yang sudah berpengalaman maupun
naskah-naskah lain di dunia maya.
Langkah
ketiga yaitu mencari tahu sumber daya
yang ada di sekolah-sekolah. Sumber daya tersebut yaitu sarana-prasarana yang
ada dan sumber daya manusia (guru dan karyawan) di sana (kesiapan dan kecakapannya
terhadap modernisasi). Keempat,
mahasiswa menuliskan inovasinya dalam tulisan yang sesuai dengan kaidah bahasa
yang berlaku. Apabila inovasi yang tercipta adalah sebuah produk, mahasiswa
sudah selayaknya membuatnya langsung sekaligus menuliskan langkah-langkah
pembuatannya agar dapat ditiru oleh orang lain yang akan menggunakan (bila inovator
berkenan). Kelima, mahasiswa
mengujicobakan inovasi yang ditemukan pada siswa secara langsung. Setelah itu,
apabila terdapat kekurangan-kekurangan, evaluasi dapat dilakukan guna
memperbaiki produk/ karsa yang telah dicetuskan.
Langkah
selanjutnya, keenam yaitu mahasiswa
mempublikasikan hasil inovasinya. Saluran publikasi ini yang mudah adalah di
dunia maya seperti blog atau semacamnya akan tetapi lebih dapat menyebar secara
luas apabila dalam bentuk buku cetak (bila tembus penerbit atau bila mampu self-publishing). Ketujuh, inovasi yang telah ditemukan diajarkan pada orang lain.
Hal ini dilakukan agar kebermanfaatan inovasi tersebut lebih meluas. Adanya
langkah ini juga berguna dalam meraup masukan dari orang yang diajarkan untuk
memberikan kritik beserta saran agar inovasi yang senantiasa dilakukan secara
dinamis menjadi lebih baik.
Demikian
hal yang dapat penulis maknai dari istilah inovasi pendidikan. Tentu saja dalam
memaknai, satu orang dengan orang lain berbeda. Perbedaan itu wujud nyata dari
keberagaman sudut pandang dan cara penyampaian yang akan memberikan kekayaan
pengetahuan dari waktu ke waktu.
***
Penulis adalah Erina Candra Dewi, mahasiswa semester 6 Prodi PGSD Universitas Negeri Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar